Materi Pedagogik PPG Sikap Nasionalisme Dalam Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pdf

Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang terdiri dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa daerah, adat istiadat, kesenian dan agama, serta puluhan ribu pulau. Keberagaman tersebut dapat disatukan dengan semboyan negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika.

Salah satu tantangan besar bagi warga Indonesia dalam mempertahankan kesatuan negara Indonesia adalah dalam menjaga keutuhan kemajemukan negara serta mempertahankan kebudayaan yang dimiliki negara Indonesia.
Sikap Nasionalisme Dalam Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pdf

Peran serta generasi muda dalam menjaga keutuhan kemajemukan negara serta mempertahankan kebudayaan yang dimiliki negara Indonesia sangat dibutuhkan.

Salah satu filter untuk menahan masuknya pengaruh kebudayaan asing akibat arus globalisasi yang kurang sesuai dengan budaya Indonesia adalah melalui pendidikan nasional atau penanaman sikap nasionalisme.

Pengertian nasionalisme menurut Permanto (2012: 86) adalah suatu paham yang berisi kesadaran bahwa tiap-tiap warga negara merupakan bagian dari suatu bangsa Indonesia yang berkewajiban mencintai dan membela negaranya, sehingga kewajiban seorang warga negara tersebutlah yang menjadi dasar bagi terbentuknya semangat kebangsaan Indonesia.

Sadikin (2008: 18) menyatakan bahwa sikap  nasionalisme merupakan suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, sikap nasionalisme tersebut harus dapat ditanamkan dan dibentuk dalam diri generasi penerus bangsa.

Dengan nasionalisme yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. Sikap nasionalisme di Indonesia pada dasarnya juga tercermin dari ideologi bangsa yang dimiliki, yaitu pancasila.

Rohman (2009: 42), menyatakan bahwa idiologi Pancasila memiliki lima prinsip nilai yang bersifat dasar dan dijadikan pedoman oleh seluruh warga negara, baik dalam tataran individu maupun kelompok.

Adapun ciri-ciri sikap nasionalisme menurut Dahlan (2007: 51) meliputi rela berkorban, cinta tanah air, menjunjung tigi nama bangsa Indonesia, bangga sebagai warga negara Indonesia, persatuan dan kesatuan, patuh kepada peraturan, disiplin, berani dan jujur, serta bekerja keras.

Salah satu pembelajaran yang terintegrasi materi nasionalisme adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Sapriya (2014: 20) menyatakan istilah IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan.

Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik (Sapriya, 2014: 20).

Menurut Susanto (2014: 10), tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizenship). Acuan dan pengembangan materi IPS tentang penanaman sikap nasionalisme adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berdasarkan pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2007), Kompetensi Dasar (KD) dalam pembelajaran IPS di kelas tingkat tinggi (kelas IV, V, dan VI) banyak mengandung unsur penanaman sikap nasionalisme. Ciri khas tersebutlah yang menjadi faktor pendukung penanaman sikap nasionalisme kepada siswa sekolah dasar. 

Amelia (2014: 51-52) menyatakan bahwa penanaman sikap nasionalisme dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran IPS diaplikasikan dengan kegiatan sehari-hari yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia di lingkungan sekolah.

Menurut Sanjaya (2013: 277-279), pembelajaran sikap individu dapat dibentuk melalui dua cara, yaitu pola pembiasaan dan modeling (mencontoh).

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa (termasuk sikap nasionalisme) melalui proses pembiasaan, sedangkan modeling merupakan proses peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang di-hormatinya.

Sumber: