Reseptor Kolinergik dan Reseptor Adrenergik

Reseptor kolinergik
Reseptor kolinergik adalah reseptor dimana asetilkolin terikat dan dikelompokkan sebagai reseptor nikotinik, atau muskarinik. Pengelompokan reseptor ini berdasarkan penemuan laboratorium dimana nikotin (suatu alkaloid dalam tembakau) dapat terikat ke beberapa reseptor kolinernik, sedangkan muskarin [suatu alkoloid yang diekstraksi dari jamur (mushrooms)] beracun dapat terikat ke beberapa reseptor kolinergik lainnya.

Walaupun nikotin dan muskarin tidak secara alami ada dalam tubuh manusia, senyawa-senyawa ini menunjukkan perbedaan antara dua kelompok reseptor kolinergik dan oleh karena digunakan untuk membedakan keduanya. Reseptor nikotinik terletak di membran dari semua neuron pascaganglion di ganglia otonom dan membran dari sel otot rangka. Reseptor muskarinik terletak di membran sel efektor yang merespon terhadap pelepasan asetilkolin dari neuron pascaganglion (gambar 1 a).

Asetilkolin mengikat reseptor nikotinik memiliki efek eksitatori karena dia menghasilkan pembukaan langsung kanal Na+ dan menghasilkan potensial aksi. Ketika asetilkolin terikat ke reseptor muskarinik, respon sel dimediasi melalui protein G. Respon ini, apakah eksitatori atau inhibitori, bergantung pada efektor dimana reseptor itu ditemukanContoh, asetikolin terikat ke reseptor nikotinik pada otot jantung, responnya mengurangi laju jantung dan asetikolin terikat ke reseptor nikotinik pada sel otot polos, responnya meningkatkan laju kontraksinya.
Lokasi reseptor muskarinik dan adrenergik
Gambar 1 :  Lokasi reseptor muskarinik dan adrenergik
Reseptor adrenergik
Reseptor adrenergik adalah reseptor dimana norepinefrin atau epinefrin terikat. Mereka terletak di membran plasma efektor yang dipersarafi oleh divisi simpatis (gambar 1 b dan c). Respon sel terhadap pengikatan norepinefrin atau epinefrin ke reseptor adrenergik dimediasi melalui protein G. Bergantung pada efektor, aktivasi protein G dapat menghasilkan respon eksitatori atau inibitori.

Reseptor adrenergik dikelompokkan lagi ke dalam dua kategori utama: reseptor alfa (α) dan reseptor beta (β). Epinefrin memiliki efek lebih besar daripada norepinefrin pada sebagian besar reseptor (α) dan (β) Subtipe utama dari reseptor (α) adalah reseptor adrenergik α1 dan α2. Subtipe utama dari reseptor (β) adalah reseptor adrenergik β1 dan β2.

Reseptor adrenergik dapat dirangsang dalam dua cara: oleh sistem saraf atau oleh epinefrin dan norepinefrin yang dilepaskan dari kelnjar adrenal. Neuron pascaganglion simpatis melepaskan norepinefrin, yang menstimulasi reseptor adrenergik dalam sinaps (gambar 1 b dan c). Contoh, pembuluh darah secara terus menerus dirangsang untuk berkontraksi melalui pelepasan norepinefrin. Peningkatan rangsangan menyebabkan konstriksi dan mengurangi aliran darah, sedangkan penurunan rangsangan menghasilkan dilatasi dan meningkatkan aliran darah. Kontrol dari diameter pembuluh darah memainkan peran penting dalam mengatur aliran dan tekanan darah.

Epinefrin dan norepinefrin dilepaskan dari kelenjar adrenal dan dibawa ke efektor oleh darah yang kemudian terikat ke reseptor adrenergik yang terletak di membran plasma sel yang tidak terlibat dalam sinapsis. Contoh, selama latihan epinefrin dan norepinefrin terikat ke reseptor dan menyebabkan pembmuluh darah di otot rangka berdilatasi